Genderang Perang Pers Dibunyikan! Empat Nama Menunggu Giliran Dieksekusi Hukum


Agus di depan kantor polres 50 kota


Lima Puluh Kota, Jum’at 12 September 2025 – Langkah kaki Agus Supriyanto siang itu di Mapolres Lima Puluh Kota terdengar seperti dentuman genderang perang. Di tangannya, berkas laporan hukum bukan lagi sekadar tumpukan kertas, melainkan senjata pamungkas yang siap menebas lawan.


Empat nama langsung tergetar: Chairul Saleh (Arul), Riki Hidayat (Riki), Rian, dan Sukrianto. Mereka kini resmi menjadi target tembak, terpojok dalam pusaran prahara hukum yang tak memberi ruang untuk bernapas.


> “Cukup! Mereka sudah melewati batas. Saatnya mereka merasakan derita akibat ulah sendiri. Tidak ada kata damai, ini perang total!” – tegas Agus Supriyanto, dengan suara bergetar menahan amarah.




Di balik langkah Agus, publik mencium ada luka lama dan dendam menganga. Perseteruan antar media di Lima Puluh Kota sudah lama jadi rahasia umum. Namun kali ini, bara kecil sudah menjelma jadi kobaran api neraka.


Tak tanggung-tanggung, Agus menggandeng Ulul Azmi, ST Dt. Sati Dirajo, Ketua LSM GIB, dan menunjuk Tedy Sutendi, S.H., M.H., advokat keras kepala sekaligus Ketum LSM GIB, sebagai komandan perang di jalur hukum.


Tedy, dengan tatapan dingin penuh ancaman, melontarkan kalimat yang membuat udara di ruangan menegang:


> “Ini baru awal. Kami sudah punya bukti, sudah punya saksi, dan kami akan bongkar semua. Jika mereka pikir bisa lolos, mereka salah besar. Satu demi satu, mereka akan tumbang. Tidak ada ampun!”




Publik mulai menduga-duga: apakah keempat nama ini hanya pion dalam permainan besar, ataukah mereka adalah aktor utama yang sengaja menyalakan api? Siapa dalang di balik fitnah yang dituduhkan? Dan siapa yang akan jadi tumbal ketika proses hukum menggilas tanpa kompromi?


Polres Lima Puluh Kota menerima laporan itu dengan wajah tegang. Para penyidik berjanji akan memprosesnya sesuai hukum. Namun bisik-bisik di luar sudah beredar luas: kasus ini bisa jadi pintu masuk untuk membuka aib besar di balik layar jurnalisme daerah.


Kini, keempat nama yang dilaporkan bagaikan tahanan menunggu giliran eksekusi. Reputasi mereka digantung di ujung pedang hukum. Jika terbukti bersalah, bukan hanya nama yang hancur – masa depan mereka bisa tamat, seketika.


Genderang perang sudah berbunyi. Dan dalam peperangan ini, hanya ada dua pilihan: menang atau binasa.


Lebih baru Lebih lama

نموذج الاتصال